Pembaruan pembelajaran berikutnya akan dibahas adalah tentang pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR). Mari kita melihat sejarah dan hakikat secara singkat
dibawah ini.
Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Istilah kelas rangkap di belahan dunia Barat ada beberapa istilah atau
terminology yang digunakan untuk menjelaskan pengertian Pembelajaran Kelas
Rangkap (PKR) yaitu istilah multigrade, multiage, non-grade atau
intergraded, merupakan istilah yang oleh sebagian praktisi pendidikan
digunakan untuk menjelaskan Pembelajaran Kelas Rangkap.
Pada dasarnya , Pembelajaran Kelas Rangkap adalah pengembangan sekelompok
siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkat kelas, di
mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam
pembelajaran-nya difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin,
1967). Selain definisi tersebut ada sebagian praktisi pendidikan membedakan
definisi dari multigrade dengan multiage karena perbedaan tujuan. Elkind
(1987) mengemukakan bahwa istilah multigrade di mana kelas yang berbentuk
seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan
satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Sedangkan multiage mengacu
pada praktik pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja
dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan. Dengan
demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap
yang ada di daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas
rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan
efektivitas pembelajaran di kelas.
Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang mendukung
kepentingan perkembangan para siswa didik oleh praktisi dan konseptor
pendidikan, dikembangkan-lah konsep-konsep baru tentang pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap berdasarkan pengembangan hasil riset untuk alasan
atau manfaat pendidikan yang dapat diambil dari penerapan pembelajaran kelas
rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat
penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim
kekeluargaan dalam kelas.
Pro dan Kontra Tentang Evektivitas Pembelajaran Kelas Rangkap
Meskipun banyak praktisi pendidikan mengatakan bahwa pembelajaran kelas
rangkap memiliki banyak keuntungan, namun masih banyak praktisi dan
konseptor pendidikan lainnya yang mempunyai pandangan berseberangan tentang
pembelajaran kelas rangkap. Walaupun pembelajaran kelas rangkap dianggap
sebagai terobosan dalam pendekatan pengelolaan kelas yang dapat membuat
pembelajaran bisa menjadi efektif, The National Association for The
Education of Young Children (1996) menemukan bahwa, pendekatan ini hanya
cocok untuk meningkatkan efektivitas kegiatan yang terpusat pada peserta
didik di tingkat sekolah dasar saja. Menurut Katz (1996) menandai adanya
potensi resiko dari pembelajaran kelas rangkap, yaitu bisa saja siswa yang
lebih mudah merasa di takut-takuti dan selalu bergantung atau dilampaui oleh
teman sekelas-nya yang lebih mampu atau lebih tua, sehingga para siswa yang
lebih mampu dan tua tidak merasa ter-tantang dalam kelas dan menjadi lebih
berkuasa terhadap siswa di bawahnya. Temuan lain berupa kasus di suatu kelas
pembelajaran kelas rangkap oleh Andayani (1996), bahwa orang tua melihat
dengan penerapan pembelajaran kelas rangkap yang meminimalisasi pekerjaan
rumah membuat anak-anak menjadi malas.
Sebaliknya, para pendidik yang mendapatkan manfaat dari menerapkan
pembelajaran kelas rangkap mendukung dikembangkannya terus pendekatan
pembelajaran kelas rangkap ini. Bahkan pembelajaran kelas rangkap pun bisa
digunakan untuk pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA. Menurut Nye (1993)
bahwa pembelajaran kelas rangkap juga sesuai dan berguna bagi pendidikan
siswa berbakat dan berkelainan.
Dari kedua kubu pendapat yang pro dan kontra tersebut dapat kita petik
hikmahnya bahwa tidak perlu kita terlalu mempermasalahkan secara
berkepanjangan tentang keuntungan dan kerugian pendekatan ini. Hal-hal yang
terpenting adalah sebagai ilmu, pembelajaran kelas rangkap merupakan
pembaruan yang terjadi dan berkembang dan semestinya kita juga mengikuti
perkembangan tersebut dan memandangnya secara positif.
Di bawah ini sekilas tentang keterkaitan teori belajar dengan pembelajaran
kelas rangkap.
- Teori tentang perkembangan kognitif oleh Jean Piage memberikan sumbangan dasar tentang latar belakang dari Developmentally Appropriate Ppractices.
- Teori perkembangan sosial oleh Lev Vygotsky, di mana ditekankan pada perkembangan kemampuan bahasa dan bersosialisasi untuk pertumbuhan kemampuan kognitif para siswa.
- Teori atribut dari Baernard Weiner, di mana memberikan sumbangan dasar pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dengan pemberian motivasi secara internal kepada siswa dan juga bagi guru yang membantu siswa-nya belajar.
- Teori Belajar Sosial kognitif dari Albert Bandura. Teori ini menunjukkan bahwa proses belajar yang terjadi banyak dilalui dengan pendekatan model observasi.
Model – Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Sehubungan dengan alasan-alasan situasi dan kondisi kebijakan ekonomi ,
politik, dan juga pendidikan, model-model pembelajaran kelas rangkap yang
berkembang sangat bervariasi. Di bawah ini beberapa model pembelajaran kelas
rangkap yang bisa dikembangkan di Indonesia dengan dasar berfikir yang
mungkin berbeda dan dengan tujuan pendidikan yang berbeda pula dengan Negara
yang lebih stabil.
1. Model 221
Pengertiannya adalah guru atau dalam tim mengelola para siswa dari 2
tingkatan kelas yang berbeda, dengan focus 2 mata pelajaran baik yang sama
atau berbeda dalam 1 ruangan.
2. Model 222
Dengan Model 222 ini, berarti guru atau dalam tim mengelola para siswa dari
2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan fokus pada 2 mata pelajaran yang
berbeda atau sama pada 2 ruangan kelas yang bersebelahan dan dihubungkan
dengan adanya pintu.
3. Model 333
Model ini, apabila guru tidak mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam
pembelajaran kelas rangkap yang baik, mungkin tidak dapat mengelola model
333 ini karena kerumitan-nya. Pengertian Model 333 di mana guru mengelola
tiga tingkatan kelas yang berbeda dalam 3 ruangan secara bersamaan. Model
333 ini diperlukan tim guru paling tidak terdiri dari 2 orang.
Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap
Dalam mengaplikasikan model-model pembelajaran kelas rangkap sangat
membutuhkan keahlian dan keterampilan yang baik dari guru. Apabila guru
tidak menguasai keterampilan yang baik maka yang terjadi adalah hanya
pembelajaran merangkap atau menyatukan kelas saja tanpa adanya proses
pembelajaran yang bermakna.
Di bawah ini komponen-komponen pembelajaran kelas rangkap yang perlu
diperhatikan ;
- Kelompok siswa yang mempunyai berbagai kemampuan,selain berlatar belakang usia berbeda.
- Developmentally Appropriate Practices. Metode pembelajaran yang didasarkan atas perkembangan siswa.
- Pola kelompok yang luwes untuk belajar.
- Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap secara murni, para siswa belajar melalui proses yang kontinum.
- Adanya tim kerja yang professional.
- Assessment yang otentik. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan keterampilan dan kompetensi yang menggambarkan pemecahan masalah dan situasi yang realistis yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari para siswa.
- Pelaporan secara kualitatif, merupakan salah satu komponen dari pembelajaran kelas rangkap yang harus dikembangkan.
- Komponen lainnya adalah keterlibatan orang tua dan pemahaman mereka terhadap tujuan dan alas an dari pembelajaran kelas rangkap juga, merupakan kunci dari keberhasilan pembelajaran ini.
0 Komentar