Latar Belakang
Masyarakat kadang terombang-ambing diantara kedua kecendrungan. Di satu
pihak ada yang mau mempertahankan nilai-nilai budaya lama, di pihak lain
ingin mengadakan perubahan atau menciptakan hal-hal baru. Sehingga
terdapat pergolakan yang kunjung reda antara tradisi dan perubahan, yang
tentu saja berimplikasi pada pendidikan. Berdasarkan apa yang terjadi
dalam masyarakat sebagai akibat dari pendidikan yang telah
dilaksanakannya, dan berlandaskan pada pandangan filsafat tertentu,
sehingga muncullah aliran-aliran atau gerakan-gerakan pendidikan sebagai
reaksi tehadap konsep dan praktik pendidikan yang mendahuluinya, yang
menawarkan solusi demi pemecahan masalah yang timbul. Tiap aliran memiliki
pandangan yang berbeda-beda mengenai pendidikan dalam kaitannya dengan
masyarakat dan kebudayaannya. Sekaitan dengan itu, pendidik dan calon
pendidik perlu mengkajinya agar memiliki asumsi filosofis yang jelas
tentang peranan pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat dan
kebudayaannya.
Makalah ini akan membantu mahasiswa untuk memahami berbagai aliran
filsafat atau gerakan pendidikan. Hal ini berkenan dengan
landasan-landasan filsafat umum setiap aliran, dan implikasinya terhadap
pendidikan. Dengan demikian akan menjadi jelas landasan filosofinya
berkenaan dengan konsep pendidikan yang disarankan atau aliran filsafat
tertentu. Semua ini akan menjadi masukanbagi Mahasiswa dalam membangun
asumsi berfikir dan bertindak dalam rangka pendidikan.
Materi makalah ini terdiri dari atas dua subpokok bahasan. Subpokok
bahasan pertama membahas aliran Progresivisme dan Essensialisme, sedankan
subpokok bahasan kedua membahas Perenialisme dan Konstruktivisme.
Tujuan
Tujuan pembuatan Makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Agar Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pandangan filsafat
pendidikan Progresivisme, Essensialisme, Perenialisme dan
Konstruktivisme.
-
Dapat menjadi bekal mahasiswa yang melaksanakan perkulihan.
-
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan
mahasiswa-mahasiswi semester VI.
Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh di dalam pembuatan makalah
ini
-
Memiliki pengalaman belajar dalam menerapkan berbagai pengetahuan dan
pengalaman.
-
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman membuat makalah
-
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam pembelajaran pengantar
pendidikan terutama tentang gerakan-gerakan pendidikan
-
Dapat meningkatkan sekaligus dapat memantapkan wawasan pengetahuan
tentang gerakan-gerakan pendidikan.
-
Mempunyai kemampuan untuk menilai kekuatan dan kelemahan diri sendiri
dalam penguasaaan materi tentang gerakan-gerakan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
GERAKAN – GERAKAN PENDIDIKAN
Gerakan pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan
dalam dunia pendidikan. Gerakan-grakan pendidikan yaitu sebagai berikut
:
Progresivisme dan Esensialisme
Progresivisme
a. Latar Belakang
Progersivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan suatu perkumpulan
yang dilandasi konsep-konsep filsafat tertentu. Progresivisme anti terhadap
otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan, terutama
pada bidang agama, moral, social, politik, dan ilmu pengetahuan.
Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan social dan budaya
dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita
seperti :
1). Cooperation yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
2). Sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai
kegiatan, dan
3). Adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan yang terjadi.
b. Filsafat Pendukung yang Melandasi
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat pragmatism dari John
Dewey (1859-1951).
c. Pandangan Ontologi
1). Evolusionistis dan Pluralistis
Menurut progresivisme tidak ada realitas yang umum, yang ada hanyalah
realitas khusus atau individual. Realitas tersebut diyakini tidak menetap
alias selalu dalam peruses perubahan. Implikasinya, realitas tidak kekal, tidak
lengkap dan tidak mempunyai kepastian. Realitas pada dasarnya pluralistis, dank
arena terus berubah maka ia memiliki akhir dalam peruses perubahannya
sendiri.
2). Manusia
Progresivisme memandang manusia sebagai subjek yang bebas dan memiliki
potensi inteligensi (akal dan kecerdasan) sebagai instrument untuk mampu
menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga ia memiliki kemampuan
untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks, berubah
dan berkembang.
3). Pengalaman sebagai realitas
Menurut Dewey, “pengalaman adalah key-concept, kunci pengertian manusia
atas segala sesuatu. …. Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap
dan membina pribadi” (Mohammad Noor Syam, 1984). Pengalaman adalah cirri
dinamika hidup, sedangkan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan.
Oleh sebab itu maka pengalaman adalah perjuangan pula.
Menurut Mohammad Noor Syam, pengalaman manusia mempunyai empat
karakteristik, yaitu :
- Pengalaman itu Spatial : pengalaman selalu terjadi disuatu tempat
tertentu dalam lingkungan hidup manusia.
-
Pengalaman itu Temporal : pengalaman mengalami perkembangan dan
perubahan dari waktu ke waktu.
-
Pengalaman itu Dinamis : pengalaman menuntut adaptasi dan readaptasi
dalam semua variasi perubahan yang terjadi terus-menerus.
-
Pengalaman itu Pluralistis : pengalaman itu terjadi seluas adanya
hubungan dan antraksi dalam mana individu terlibat.
4). Pengalaman dan pikiran
Manusia memiliki fungsi-fungsi jiwa yang dikenal sebagai pikiran (mind)
sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi, seperti kecerdasan,
kemampuan mengingat, imajinasi, membuat lambing atau symbol,
menghubung-hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, dan membuat gambaran
masa depan. Pengalaman merupakan bagian perjuangan untuk itu pengalaman
harus diolah oleh pikiran. Sebaliknya pikiran bukanlah sesuatu yang dating
dengan sendirinya melainkan harus diuji dengan pengalaman.
d. Pandangan Epistemologi
1). Sumber pengetahuan
Progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam
lingkungan hidupnya atau juga melalui pengalaman secara tidak langsung,
yaitu melalui catatan-catatan yang diwariskan seperti buku.
2). Kriteria “ Kebenaran”
Suatu pengalaman dikatakan benar apabila dapat diverifikasi dan
diaplikasikan atau diimplimentasikan dalam kehidupan. Adapun criteria
kebenaran yaitu : dapat diperaktikkan, memuaskan, dan memberikan
hasil.
3). Sifat pengetahuan : relative dan berubah
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman yang bersifat relative dan
berubah.
e. Pandangan Aksiologi
1). Sumber nilai : kondisi riil manusia / pengalaman
Progresivisme menafsirkan hakikat nilai (etika) secara empiris yaitu
berdasarkan pengalaman atau kondisi riil manusia.
2). Sifat nilai : berada dalam proses, relative, kondisional, memiliki
kualitas social dan individual serta dinamis.
Nilai ada dalam perbuatan manusia yang selalu diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Nilai memiliki kualitas social, karena pada dasarnya semua nilai
merupakan produk dari kenyataan social.
3). Kriteria nilai : berguna adalah baik
Sesuatu dikatakan baik apabila berguna dalam praktik hidup dan kehidupan.
Adapun dikatakan berguna jika bermakna untuk kehidupan yang intelligent,
yaitu hidup yang sukses, produktif dan bahagia. (Callahan and Clark,
1983).
4). Demokrasi sebagai nilai
Progresivisme memandang demokrasi sebagai nilai ideal yang wajib
dilaksanakan dalam semua bidang kehidupan. Demokrasi adalah nilai
individual sekaligus nilai social.
f. Pandangan tentang pendidikan
1). Pendidikan
Menurut progresivisme pendidikan selalu dalam proses perkembangan yang
merekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Progresivisme menekankan
enam prinsip mengenai pendidikan atau belajar yaitu :
- Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk
kehidupan
- Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak
- Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada
pemberian bahan pelajaran
- Guru berperan sebagai pemberi nasehat, bukan untuk mengarahkan
- Sekolah harus menggerakkan kerja sama daripada kompetisi
- Demokrasilah satu-satunya yang member tempat dan menggerakkan
pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas yang diperlukan
untuk pertumbuhan sesungguhnya. (G.F.Kneller, 1971).
2). Tujuan Pendidikan
Bagi penganut Progresivisme pendidikan bertujuan agar peserta didik
(individu) memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan social.
3). Sekolah
Bagi penganut Progresivisme “sekolah yang baik adalah masyarakat yang
baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan
dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya
dalam lingkungan sekolah” (Imam Barnadib, 1984). Dewey sebagai seorang
progresivist memandang “sekolah sebagai suatu masyarakat demokratis dalam ukuran kecil yang murid-muridnya dapat belajar dan memperaktekkan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam suasana demokrasi.” (Madjid
Noor, dkk, 1987).
4). Kurikulum
Kurikulum tidak ada yang universal, melainkan berbeda-beda sesuai kondisi
yang ada. Seperti :
- Child centered : kurikulum hendaknya disesuaikan dengan sifat-sifat
peserta didik (minat, bakat dan kebutuhan setiap peserta didik)
- Community centered : Kurikulum hendaknya berbasis pada masyarakat tidak
terpisah dari keadaan-keadaan masyarakat.
- Fleksibel : kurikulum disesuaikan dengan tempat dan zamannya.
5). Metode
Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan
masalah (problem solving method) dan metode penyelidikan dan penemuan
(inquiry and discovery method).
Di dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru yang memiliki karakteristik
sebagai berikut : pemberi kesempatan (permissive), bersahabat (friendly),
kreatif (creative), sadar bermasyarakat (social aware) antusias
(enthusiastic) dan bekerja sama dan sungguh-sungguh (cooperative and
sincere). (Callahan and Clark, 1983).
6). Peranan guru dan peserta didik
Edward J. Power (1982) menyimpulkan bahwa guru berperanan untuk memimpin
dan membimbing pengalaman belajar tampa ikut campur terlalu jauh atas
minat dan kebutuhan peserta didik. Sedangkan peserta didik berperanan
sebagai organism (subjek) yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa
untuk tumbuh.
2. Essensialisme
a. Latar Belakang
Essensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap
Progresivisme sekitar tahun 1930. Essensialisme berusaha mencari dan
mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti
atau hakikat fundamental, atau unsure mutlak yang menentukan keberadaan
sesuatu. Menurut essensialsme yang esensial tersebut harus diwariskan
kepada genari muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu. Dan
Essensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai
yang dapat mendatangkan kestabilan.
b. Filsafat Pendukung / yang melandasi
Essensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan
realisme.
c. Pandangan Ontologis
Pandangan ontologis Essensialisme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia
atau realitas ini dikuasai oleh tata (order) tertentu yang mengatur dunia
beserta isinya. Konsep tata atau order tersebut menurut Realisme dan
Idealisme dapat diuraikan seperti berikut ini :
1). Ontologi Idealisme : Idealisme obyektif atau Idealisme absolute yang
menyakini adanya dunia (realitas) ideal yang abadi dan dunia (realitas)
material yang temporal dan fana.
Kesimpulan bahwa menurut Idealisme hakikat akhir realitas adalah ide,
jiwa, pikiran, atau
kesadaran. Ide adalah yang absolute, yang esa, yaitu tuhan, kausa
sempurna dari peristiwa tunggal yang meliputi keseluruhan realitas. Segala
sesuatu yang ada dan yang akan terjadi didunia ini adalah menurut tata
tertentu bersumber dari yang Absolut. Inilah yang disebbut esensial
itu.
2). Ontologi Realisme : realism obyektif yang hakikatnya bersifat
eksternal / obyektif, artinya berada diluar subyek atau manusia dan
indipenden dari pikiran manusia. Manusia memiliki intelegensi sehingga
mampu berfikir untuk dapat menyesuaikan diri terhadap dunia eksternalnya.
Dalam evolusi kehidupan intelegensi adalah alat adaptasi manusia terhadap
perubahan lingkungan.
d. Pandangan Epistemolog
1). Epistemologi Idealisme
Sumber pengetahuan : kemampuan manusia untuk berfikir logis dalam
mengambil kesimpulan yang valid adalah suatu perwujudan proses yang sistematis yang juga kita temukan dalam makrokosmos. Walaupun kesadaran
manusia bersifat terbatas tapi dapat memahami melalui mikrokosmos, yaitu
reallita dirinya sendiri, pemahaman atau pengertiannya ini akan memberi
kesadaran untuk mengerti realita yang lain. Dengan kata lain sumber
pengetahuan “dari dalam”
Kriteria kebenaran pengetahuan : bagi Idealisme pikiran atau kesadran
adalah primordial. Karena itu, sesuatu pengetahuan dikatakan benar karena
ia memang benar bukan karena berguna untuk memecahkan masalah atau
kehidupan praktis sebagaimana dianut oleh progresivist.
2). Epistemologi Realisme
Sumber pengetahuan menurut Realisme obyektif adalah dunia luar subyek,
yang pengetahuan diperoleh melalui pengalaman atau pengamatan.
Kriteria kebenaran menurut Realisme adalah suatu pengetahuan diakui benar
jika pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang obyektif) dan
independen.
e. Pandangan Aksiologis
1). Aksiologi Idealisme
Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya diturunkan dari
realitas absolute, maka nilai-nilainya adalah abadi atau tidak berubah. ( Callahan and
Clark, 1983 ). Hegel berkesimpulan karena Negara adalah manifestasi tuhan maka wajib bagi
warga Negara untuk setia dan menjunjung Negara. Adapun menurut Immanuel
kant dasar nilai social itu adalah kemerdekaan individu, sebab individu
manusia akan memberi dasar bagi kehidupan social yang adil dan
sejahtera.
2). Aksiologi Realisme
Para filsuf Realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku manusia
diatur oleh hokum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui
konvensi atau kebiasaan, adat istihadat didalam masyarakat. ( Edward J. Power, 1982). Callahan and Clark menjelaskan nilai-nilai
individual dapat diterima apabila sesuai dengan nilai-nilai umum
masyarakat.
f. Pandangan tentang pendidikan
1). Pendidikan
Bagi penganut Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus berdasarkan
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia.
2). Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan mentranmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas
social dan kesejahteraan umum ( E.J. Power, 1982).
3). Sekolah
Fungsi utama sekolahadalah memelihara nilai-nilai yang telah
turun-temurun, dan menjadi panutan penyesuaian orang (individu) kepada
masyarakat. (Imam Barnadib,1984). Sekolah yang baik adalah sekolah yang
berpusat pada masyarakat, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan
minat masyarakat. ( Madjid Noor, dkk,1987).
4). Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang
dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat ( society centered). Kurikulum
terdiri atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan, agama,
dan seni yang dipandang esensial.
5). Metode
Dalam hal metode pendidikan Essensialisme menyarankan agar
sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan
dengan disiplin mental.
6). Peranan guru dan peserta didik
Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau jembatan antara dunia
masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Sedangkan peranan peserta
didik adalah belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
B. Perenialisme dan Konstruktivisme
1. Perenialisme
a. Latar Belakang
Watak umum Perelianisme terkandung dalam makna asal katanya perenis
(bahasa latin) Atau perennial (bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus melalui waktu,
hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Perenialist percaya mengenai
adanya nilai-nilai, norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini.
Perenialisme muncul atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang
diajukan atas terjadinya suatu keadaan yang mereka sebut sebagai krisis
kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Perenialisme mempunyai kesamaan
dengan Essensialisme dalam hal menentang Progresivisme, tetapi
perenialisme berbeda dengan essensialisme dalam hal prinsip perenialist
yang relegius dan agama.
b. Filsafat pendukung / yang melandasi
Perenialisme dilandasi atau didukung oleh filsuf Yunani klasik, yaitu
plato ( 427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Dan dipengaruhi dan
didukung oleh filsafat Humanisme Rasional dan Supranaturanisme Thomas
Aquinas.
c. Pandangan Ontologis
Menurut Perenialisme manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa realitas
bersifat universal ,realitas itu ada dimana pun dan sama disetiap waktu.
Realitas bersumber dan bertujuan akhir kepada realita
supranatural/tuhan.
d. Pandangan Epistemologi
Manusia sebagai mahluk berfikir akan dapat memperoleh pengetahuan tentang
diri kita da dunia sebagaimana adanya. Memang perenialisme mengakui bahwa
impresi atau kesan melalui pengamatan tentang individual adalah pangkal
pengertian kebenaran. Prinsip self-evidence (bukti diri) amat penting
dalam perenialisme yang merupakan asas bagi suatu kebenaran dan untuk
membuktikan kebenaran. Perenialisme mengakui adanya hubungan antara
science dan filsafat, namun science memiliki kedudukan lebih tinggi.
e. Pandangan Askiologi
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perenialisme adalah pandangan
mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Hal yang absolute atau ideal
(Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat
teologis (Imam Barnadib,1984)
f. Pandangan tentang pendidikan
1). Pendidikan
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Robert M. Hutchins
mengemukakan pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran
mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran
dimana pun dan kapan pun adalah sama.karena itu dimanapun dan kapanpun
pendidikan adalah sama.
2). Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyikapkan dan
menginternalisasikan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai
kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
3). Sekolah
Sekolah adalah lembaga tempat latihan elite intelektual yang mengetahui
kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang
baru. Sekolah bagi perenialisme merupakan peraturan-peraturan yang
artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik
dari warisan social budaya.
4). Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi
pelajaran. Materi pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi,
selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan
rasionalitas manusia.
5). Metode
Metode pendidikan yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan
diskusi.
6). Peranan guru dan peserta didik
Peranan guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara
mengajar.
2. Konstruktivisme
a. Latar Belakang
Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya berkenaan
dengan hakikat pengetahuan, namun konstruktivisme berimplikasi terhadap
pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Ada 3
jenis konstruktivisme yaitu (a) konstruktivisme psikologis personal yang
menekankan bahwa pribadi (subjek) sendirilah yang mengonstruksikan
pengetahuan. (b) konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan
masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan. (c) sosiokulturalisme yang
mengakui baik peranan aktif personal maupun masyarakat dan lingkungan
dalam pembentukan pengetahuan. Secara umum banyak orang meragukan kebenaran paradigma lama seperti
paradigma idealisme, rasionalisme, emperisme, atau obyektivisme. Dan mulai
menerima paradigma konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan
seseorang adalah kontruksi (bentukan) orang yang bersangkutan karena itu
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa tidak mungkin.
b. Filsafat pendudkung / yang melandasi
Gagasan pokok konstruktivisme sesungguhnya sudah dimulai oleh Giambatista
Vico seorang epistemology dari Italia. Konstruktivisme dipengaruhi oleh
Empirisme dan Pragmatisme.
c. Pandangan Ontologi
Konstruktivisme menolak pandangan objektivisme (Empirisme) yang
menyatakan bahwa realitas itu ada terlepas dari pengamatan dan dapat
duketahui melalui pengalaman atau langkah-langkah sistematis tertentu. Menurut
konstruktivisme manusia tidak pernah dapat mengerti realitas yang
sesungguhnya secara ontologis.kontruktivisme memandang manusia dituntut
aktif membangun sendiri pengetahuannya.
d. Pandangan Epistemologi
1). Sumber pengetahuan
Bagi konstruktivisme pengetahuan bukanlah suatu gambaran dunia kenyataan
yang ada, melainkan adalah hasil konstruksi atau bentukan kenyataan
melalui kegiatan subjek.
2). Kriteria kebenaran
Bagi konstruktivis kebenaran pengetahuan diletakkan pada viabilitas
(kemungkinan untuk dapat hidup).
3). Sifat pengetahuan
Pengetahuan memiliki sifat-sifat :
- Subjektif, sebab pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang
akan dunia daripada dunia itu sendiri
- Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada
orang lain
- Pengetahuan bukan barang mati yang sekaligus jadi, bukan tertentu dan
deterministic melainkan suatu peruses yang terus berkembang
- Pengetahuan bersifat relative
e. Pandangan tentang pendidikan
1). Pendidikan
Konstrktivisme memandang pendidikan sebagai mengajar bukan sebagai
kegiatan memindahkan pengetahuan, melainkan membantu siswa berfikir secara
benar dengan membiarkannya berfikir sendiri
2). Tujuan pendidikan
Tujuan pengajaran konstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan
konsep dan pengertian (pengetahuan) yang mendalam sebagai hasil konstruksi
aktif si pelajar (Fosnot,1996).
3). Kurikulum
Kurikulum merupakan program aktivitas dimana pengetahuandan keterampilan
dapat dikonstruksikan.
4). Metode
Bagi konstruktivisme pengajar sangat mungkin untuk mempertimbangkan dan
menggunakan berbagai metode (multimetode) untuk dipilih, sebab anak
mempunyan caranya sendiri untuk mengerti.
5). Peran guru dan peserta didik
Peran guru adalah sebagai mediator dan fasiliator yang membantu agar
proses belajar peserta didik berjalan dengan baik. Adapun peserta didik
dituntut aktif belajar dalam rangka mengonstruksi pengetahuannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gerakan pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan
dalam dunia pendidikan. Gerakan-grakan pendidikan yaitu sebagai berikut
:
1. Progersivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan suatu
perkumpulan yang
dilandasi konsep-konsep filsafat tertentu. Progresivisme anti terhadap
otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan, terutama
pada bidang agama, moral, social, politik, dan ilmu pengetahuan.
Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan social dan budaya
dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita
seperti :
1). Cooperation yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
2). Sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai
kegiatan, dan
3). Adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan yang terjadi.
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat pragmatism dari John
Dewey (1859-1951).
2. Essensialisme adalah gerakan pendidikan yang memperotes gerakan
Progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan
budaya/sosial. Essensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal
yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental,
atau unsure mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut
essensialsme yang esensial tersebut harus diwariskan kepada genari muda
agar dapat bertahan dari waktu ke waktu. Dan Essensialisme berpandangan
bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kestabilan.
Essensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan
realisme.
3. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa
nialai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan
suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai
tersebut. Perenialist percaya mengenai adanya nilai-nilai, norma-norma
yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme muncul atau
berkembang
sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu keadaan
yang mereka sebut
sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Perenialisme
mempunyai kesamaan dengan Essensialisme dalam hal menentang Progresivisme,
tetapi perenialisme berbeda dengan essensialisme dalam hal prinsip
perenialist yang relegius dan agama.
Perenialisme dilandasi atau didukung oleh filsuf Yunani klasik, yaitu
plato ( 427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Dan dipengaruhi dan
didukung oleh filsafat Humanisme Rasional dan Supranaturanisme Thomas
Aquinas.
4. Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya berkenaan
dengan hakikat pengetahuan, namun konstruktivisme berimplikasi terhadap
pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Ada 3
jenis konstruktivisme yaitu (a) konstruktivisme psikologis personal yang
menekankan bahwa pribadi (subjek) sendirilah yang mengonstruksikan
pengetahuan. (b) konstruktivisme sosiologis yang lebih menekankan
masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan. (c) sosiokulturalisme yang
mengakui baik peranan aktif personal maupun masyarakat dan lingkungan
dalam pembentukan pengetahuan
Secara umum banyak orang meragukan kebenaran paradigma lama seperti
paradigma idealisme, rasionalisme, emperisme, atau obyektivisme. Dan mulai
menerima paradigma konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan
seseorang adalah kontruksi (bentukan) orang yang bersangkutan karena itu
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa tidak mungkin.
Gagasan pokok konstruktivisme sesungguhnya sudah dimulai oleh Giambatista
Vico seorang epistemology dari Italia. Konstruktivisme dipengaruhi oleh
Empirisme dan Pragmatisme.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah
berikutnya. Dan semoga makalah ini bergua untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, I. (1984).
Filsafat Pendidikan (Pengantar Mengenai System dan Metode).Yogyakarta : Yayasan Penerbit FIP IKIP Yogyakarta.
Noor, M., (ED.). (1987).
Filsafat dan Teori Pendidikan : Jilid I Filsafat Pendidikan. Subkoordinator Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan.
Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung.
Syam, M. N. (1984).
Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional.
0 Komentar